Catatan Kaki

Selasa, 10 Juli 2012


Kepergian orang itu seperti malam yang tenang. Sunyi, dingin, dan kelam. Mimpi itu kemungkinan salah dia gantungkan, setinggi langit. Mimpinya kemungkinan salah untuk masuk dalam dunianya. Namun, setiap malam mimpi itu selalu mengetuk pintu hatinya dan mulai bertamu. Dalam terang rembulan malam mereka seolah sedang berdiskusi. Yang didengar oleh waktu Indonesia barat. Ketika para penghuni-penghuni seperti dirinya sedang menunggu gol-gol yang diidam-idamkan dari tim yang mereka bela. Tengah malam di petak-petak kontrakan yang mereka sewa.
       “GOL…!” serempak suara gaduh terdengar dari kamar sebelah. Di balik bilik kamar yang terpisah, dia mengisi cangkir kalengnya lagi. Saat itu pula, dia mengosongkan pikiran. Dan sesaat mimpi itu sudah mulai memanasi suasana diskusi yang tak mungkin selesai. Sampai dia menyuruhnya pulang. Dan kebetulan dingin pun menjemputnya.  Kemudian, dia menutup semua ‘pintu’  dengan selimutnya yang tipis....

Tidak ada komentar: