Pengacara lasut. Setiap datang ke
rumahku hanya bisa membuka acara selamat datang dan mengakhirinya dengan kata
semoga. Sengketa yang sudah hampir dua tahun belum juga berakhir dengan kata
selamat. Jika tidak, keluarga kami melarat. Sempat tak sempat sesaji pun
tersaji di depannya. Komat-kamit di depan kami, mempertunjukkan pusakanya yang
menempel ke telinga. “Hallo… ya… bagaimana? Oh… iya… kalo begitu…,” seolah
menjadi mantra. Wassalam.
Tuntut saling tuntut, Pak, di
sini mah.
Hingga tak ada buntut. Dan kami
pun terkentut-kentut.
Tat… tit… tut…. “Hallo… ya… bagaimana? Oh… iya… kalo begitu…,”
seolah menjadi mantra. Wassalam.